Arsip Tag: dieng plateau

dieng, surga di atas awan 3, anak-anak berambut gembel/gimbal asli dieng (shabby hair children from dieng plateau)

Dieng memang memiliki beragam keunikan, Baik dari segi alam budaya bahkan orang dieng itu  sendiri. Salah satu keunikan yang dapat ditemui di dataran tinggi yang berada 2000 meter diatas permukaan laut ini adalah adanya anak-anak yang mempunyai rambut Gimbal/gembel. Seperti pada umumnya rambut gembel, rambut anak-anak di dieng juga menyatu dan sulit untuk dipisahkan. Tidak seperti orang dewasa yang memang sengaja membuat rambutnya menjadi gembel, rambut gembel anak-anak dieng alami terjadi, bahkan tidak tahu apa penyebabnya, dan biasa ditandai dengan munculnya panas dan demam yang tidak kunjung sembuh. Orang dieng percaya bahwa rambut gimbal akan dapat membawa berkah maupun musibah.

Ada juga cerita rakyat dieng, konon kabarnya, Anak Gimbal Dieng adalah titisan dari Kyai Kolodete. Kyai Kolodete dianggap sebagai luluhur pendiri Dieng. Leluhur ini bukan sesosok gaib, melainkan sesosok manusia yang pertama kali membuka tanah Dieng. Ia hidup pada masa kejayaan Mataram. Kyai Kolodete ini memiliki rambut gimbal.

ketika sedang melihat tari topeng, kesenian khas Dieng, ternyata ada sesuatu yang lebih menarik untuk diabadikan….. seorang anak dengan rambut gembel/gimbal. Menurut adat kebiasaan orang dieng, untuk memotong rambut gembel/gimbal itu harus dengan prosesi ruwatan, yaitu prosesi untuk membebaskan anak dari pengaruh buruk. Pada saat ruwatan tersebut, orang tua harus memberikan apa saja yang menjadi permintaan sang anak. Setelah dipotong, nantinya rambut akan tumbuh dengan normal kembali.

dieng, surga di atas awan 2, tari topeng lengger Dieng

Dieng, sebuah surga di atas awan. Memang kata itu pantas melekat pada dieng. selain keindahan alam dan potensi alam yang begitu besar, di Dieng ternyata kesenian tradisional juga masih ada dan membudaya dalam masyarakat.

Salah satu kesenian tradisional yang ada di Dataran tinggi dieng adalah kesenian tari topeng. Tari topeng lengger begitu beberapa orang menamai kesenian ini. Kesenian ini diangkat dari cerita rakyat yang cukup terkenal yaitu panji Asmara Bangun atau inu kertapati dan Galuh candra kirana atau dewi sekartaji.

Penari setiap pementasan terdiri dari penari laki-laki dan perempuan. dimana penari laki-laki mengenakan topeng dan menari sesuai dengan karekteristik topeng tersebut, Kesenian tradisional ini juga mengandung unsur mistis, dimana penari laki-laki akan mengalami kerasukan setelah beberapa saat menari dengan penari perempuan…..

Dieng, Surga di atas awan…

Dataran tinggi dieng merupakan salah satu tempat wisata yang berada di provinsi jawa tengah. kawasan dataran tinggi dieng berada dalam wilayah 5 kabupaten  yaitu batang, kendal, temanggung, wonosobo, dan banjarnegara. Untuk dapat mencapai datran tinggi dieng dapat ditempuh dari arah Wonosobo, Batang maupun Banjarnegara.

Dataran tinggi ini berada 2000 meter di atas permukaan laut.  dieng  berasal dari bahasa sansekerta  “dhiyang”  yang berarti tempat bersemayamnya para dewa. Keberadaan dieng sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, ditandai dengan berdirinya candi-candi hindu yang dipersembahkan kepada dewa shiwa ini diperkirakan dibangun pada masa dinasti Sanjaya sekitar abad ke 8.

Dataran tinggi dieng terbentuk dari amblesnya gunung api tua yaitu gunung Prau oleh patahan yang berarah barat lau dan tenggara, sehingga dari amblesnya gunung api tua tersebut  membentuk  gunung alang, nagasari, panglimunan, pangonan, pakuwaja, gajah mungkur. Sampai saat ini keaktifan gunung api masih dapat ditemui di beberapa kawah vulkanik di dataran tinggi dieng.

Karena berada di ketinggian 2000 m di atas permukaan laut, mengakibatkan suhu di dataran tinggi dieng ini cukup dingin, bahkan saat juli hingga agustus, pagi hari di dieng dapat mencapai titik beku.

Tetapi terlepas dari kondisi vulkanik dan  suhu tersebut, dieng mempunyai banyak sekali tepat wisata yang cukup menarik, yang cukup terkenal di sana adalah  d kawah sikidang, kompleks candi arjuna,  dan telaga warna. Tetapi masih ada banyak sekali obyek wisata disana, bahkan terdapat air terjun juga.

Disekitar telaga warna akan tercium bau busuk yang di akibatkan adanya semburan sulfur yang ada di sekitar telaga.

Pagi itu tanggal 24 nov 2012, pagi-pagi aku dan adikku sudah memacu perjalananku menuju ke arah wonosobo. Jam 7 aku berangkat dari rumah dengan sepeda motor bututku. Perjalanan dari rumah melewati borobudur, salaman-kepil- sapuran- kretek- wonosobo dan naik ke arah dieng. jarak kota wonosobo dan dieng  cuma 30 km, tetapi karena jalan menanjak dan motor sudah tua, jadi perjalanan ditempuh dalam waktu kutang lebih 3/4 jam atau sekitar 45 menit.

Karena berat aku dan adikku mendekati 2 kuintal, maka sepeda Motorku selama perjalanan serasa meraung-raung sempoyongan. Karena tidak mau ketahuan orang kalau sepeda motorku kehabisan tenaga saat jalan menanjak, maka kami  berdua seolah-olah menikmati indahnya suasana selama perjalanan dengan berjalan pelan (maklum pakai gigi 1 dan kecepatan maksimum 20km/jam). Tetapi memang tidak dapat dipungkiri bahwa pemandangan sekitar sangat menakjubkan, bahkan tak segan untuk berhenti dan foto2 (narsis).

Yang paling tidak enak adalah saat di belakang bus, mau menyalip, motor tidak kuat, tapi saat bus berhenti, tenaga mesin motor langsung turun dan harus bersusah payah untuk melaju naik.

Setelah perjalanan hampir 2,5 jam dari Rumah, rasa itu terobati dengan pemandangan indah di  sekitar dieng…. Duh jadi ingat jaman masih kuliah saat bareng-bareng teman ke sini….